Minggu, 18 Mei 2008

Lensa Kontak

Lensa kontak banyak jadi pilihan, baik untuk alasan kosmetis
maupun medis. Ada rambu-rambu yang perlu diketahui sebelum memutuskan
menggunakan lensa kontak yang tepat. Apa sajakah itu?
Banyak orang memutuskan memilih lensa kontak dibandingkan kaca
mata untuk mempertajam penglihatan yang terganggu karena mata minus atau plus.
Secara harafiah, menurut Dr. Sri Rahayu, SpM, FIACLE. dari Jakarta Eye Center,
lensa kontak merupakan alat bantu untuk mengoreksi kelainan refraksi (pembiasan
atau penyimpangan arah), atau kelainan penglihatan yang disebabkan adanya
ketidaksesuaian optik (sistem pencahayaan) pada mata.

Pada mata normal, urai Sri, tugas mata membiaskan atau menangkap sinar oleh retina, sehingga sinar yang sejajar harus jatuh tepat pada retina. "Jika ada kelainan refraksi, bayangan objek yang dilihatnya tidak akan jatuh tepat pada retina, melainkan di belakang atau di depan retina. Misalnya, jika objek yang dilihat berupa titik, yang terlihat oleh mata yang mengalami kelainan penglihatan akan menjadi berupa garis."

Oleh karena itu, Sri menegaskan, jika ada kelaianan refraksi pada mata, harus dikoreksi oleh sistem optik. "Sinar yang tadinya ditangkap terfokus tidak di retina, menjadi tepat di retina lagi. Koreksi ini bisa dengan penggunaan kaca mata atau lensa kontak yang ditempelkan atau kontak langsung pada kornea mata." Lensa kontak punya kelebihan dibandingkan kacamata. Antara lain, bebas gangguan embun seperti yang terjadi di kaca mata ketika hujan. Secara kosmetis pun, meski tidak seluruhnya, lensa kontak lebih bagus daripada kacamata.

Apalagi bagi mereka yang memiliki mata dengan ukuran minus atau plus yang tinggi. BEDA BAHAN Selain kelebihan kosmetis, lensa kontak juga akan mengoreksi tajam penglihatan lebih baik dibanding kaca mata. Terutama bagi yang mengalami kelainan-kelainan refraksi yang tinggi. "Pada mata silinder yang tinggi, lensa kontak juga mengoreksi lebih baik ketimbang kaca mata. Lensa kontak juga memiliki kelebihan lain karena dapat dipakai untuk tujuan tertentu. Misalnya, bagi jenis pekerjaan yang tidak memungkinan pakai kacamata, seperti artis atau olah
ragawan," kata Sri.

Lensa kontak juga bisa dipakai untuk tujuan terapi. Jenis terapetic lens yang berbahan lunak ini bisa mengantarkan obatobatan tertentu dalam waktu lama. Pasien sakit mata yang memerlukan obat tetes mata terus-menerus, misalnya, obatnya diteteskan ke lensa kontak dalam dosis tinggi agar dapat dirilis pelan-pelan ke mata, sehingga tak perlu repot lagi meneteskan obat terus-menerus.

Berdasarkan bahannya, lensa kontak dibagi dalam dua kategori. Pertama, soft lens (lensa kontak lunak) yang terbuat dari hidrogel. Kedua, semi hard lens atau rigid lens, yaitu lensa kontak kaku yang terbuat dari bahan silikon akrilat (akrilik). Saat ini, sudah ada lensa kontak rigid gas permeable (RGP) atau lensa kontak kaku yang tembus gas (oksigen dan karbon dioksida). RGP adalah hasil perkembangan lensa kontak keras. Lalu, berkembanglah soft lens (lensa lunak)
yang bisa dilalui oksigen melalui kandungan airnya. Jumlah kadar air pada soft lens berpengaruh pada daya hantar oksigennya.

Daya hantar oksigen soft lens tak sebanyak rigid lens, sehingga banyak terjadi komplikasi berupa alergi. Kemudian, ditemukanlah bahan lensa kontak kaku yang tembus oksigen, yaitu silikon akrilat (RGP). Dari segi harga, RGP memang relatif lebih mahal dari soft lens yang juga lebih mudah dibeli tanpa perlu memesan lama. Namun, "Dibutuhkan berapa soft lens daily disposable dalam pemakaian setahun? Lebih boros, bukan? Sementara RGP memang mahal, tetapi replacement-nya lebih lama." Keunggulan lain RGP, dapat menghambat pertambahan minus mata yang tinggi, khususnya yang sejak kanak-kanak sudah minus. Menurut penelitian, kata Sri, ternyata pertambahan minus pada pemakaian RGP hanya setengahnya dari pemakai kacamata atau softlens.

Sementara kelemahannya, dengan RGP mata harus beradaptasi jauh lebih lama. Dengan soft lens, pengguna bisa langsung merasa nyaman dan memakainya seharian pada pemakaian pertama. Tak heran jika soft lens lebih banyak dipilih. Akan halnya rigid lens, karena bahannya kaku, pemakainya butuh adaptasi sekitar 1-2 minggu, bertahap, dan tak bisa langsung dipakai seharian. Di hari pertama, misalnya, hanya dipakai dua jam, kemudian meningkat di hari berikut, dan baru di hari ke tujuh baru bisa dipakai seharian. "Alasan inilah yang membuat orang jarang memilih RGP. Meski, di balik ketidaknyamanan ini, justru yang tak terbeli adalah kesehatan matanya," saran Sri.

REAKSI ALERGI
Komplikasi pemakaian soft lens yang terbanyak adalah reaksi alergi. Pada pemakai soft lens, alergi bisa disebabkan bahan atau komponen cairan perawatannya. Soft lens harus dirawat dengan cairan karena ada kalanya ia dilepas dari mata. Sebaiknya, gunakan soft lens harian dan tak dipakai waktu tidur. "Jadi, malam hari harus dilepas, lalu dirawat dengan dicuci, dibilas, dan direndam. Namun, cairan-cairan perawatan lensa kontak ini terkadang mengandung bahan
deterjen yang bisa menyebabkan alergi juga."

Selain alergi, soft lens juga bisa mengakibatkan kekurangan oksigen karena daya hantar oksigen soft lens masih kurang dibandingkan RGP. Menurut Sri, lensa kontak yang memiliki kadar air tinggi, daya hantar oksigennya lebih bagus dibanding yang berkadar air rendah. Tetapi kontak lensa dengan kadar air tinggi juga punya kelemahan. Semakin tinggi kadar airnya, akan lebih menimbun (deposit) lemak, protein, dan kotoran yang berasal dari air mata yang menempel
pada lensa kontak, sehingga tak bisa lagi hanya dibersihkan dengan cairan perawatan. Timbunan deposit ini pun bisa menimbulkan iritasi yang kerap terjadi, pemakai tak menyadari matanya sakit dan bengkak pada kornea akibat kekurangan oksigen yang terjadi terus-menerus dan akut. Seorang dokter ahli bisa melihat adanya pembuluh-pembuluh darah yang tumbuh pada kornea. "Seharusnya, kornea jernih, transparan, dan tak ditumbuhi pembuluh-pembuluh darah.
Sifat kornea harus mengantarkan sinar atau sebagai media refraktif. Jika kekurangan oksigen, pembuluh darahnya bisa masuk dan tumbuh ke dalam kornea."

Lensa kontak memiliki base curve atau kelengkungan bagian belakang yang harus sesuai dengan kornea. Jika pemakaian lensa kontak tanpa diukur kelengkungan korneanya, terkadang bisa terjadi fitting yang terlalu ketat atau longgar. Keduanya akan mengakibatkan rasa tidak nyaman, mata kekurangan oksigen. Jika terlalu ketat, lensa kontak seolah mencengkeram kornea, sehingga tak bisa terjadi pertukaran air mata. Akibatnya, kornea kekurangan oksigen.

Sebaliknya, jika terlalu longgar, kedudukan lensa kontak menjadi tidak stabil dan mengakibatkan tajam penglihatannya berubah-ubah. Penggunaan semi hard lens (RGP ) dapat meminimalkan kemungkinan alergi dan kekurangan oksigen. Apalagi sekarang sudah ada semi hard lens yang bahannya aman digunakan secara kontinyu selama 30 hari berturut-turut
tanpa perlu dilepas. Lensa kontak ini sangat besar daya tembus oksigennya, sehingga aman dipakai ketika tidur tanpa mengakibatkan kekurangan oksigen.

JENIS LENSA KONTAK
Dari segi repleacement-nya, lensa kontak dibagi ke dalam beberapa jenis, sesuai rekomendasi
dari pabrikannya. 1. Disposable, alias bisa dibuang usai dipakai. Ada yang harian, mingguan, dua mingguan, ataupun bulanan. 2. Frequent replacement. Harus diganti setiap 3-6 bulan. Pada kemasannya produsen harus mencantumkan sampai berapa lama lensa kontak bisa dipakai. 3. Permanen. Dapat dipakai selama setahun atau lebih.

Lensa RGP termasuk yang permanen
dan bisa dipakai lebih dari dua tahun. 4. Dari segi pemakaiannya, lensa kontak dibagi dua: - Daily wear (pemakaian siang hari dan tak bisa dipakai tidur). Maksimal pemakaiannya tak hanya tergantung pada oksigenasinya saja, tetapi juga dari mata penggunanya. - Overnight wear (bisa dipakai saat tidur). Untuk bisa dipakai tidur, daya hantar oksigennya tentu lebih banyak.
TIPS 1. Periksakan ke dokter mata. Ada beberapa kondisi (kontra indikasi) yang membuat seseorang sama sekali tak boleh memakai lensa kontak. Misalnya, alergi atau infeksi yang masih aktif atau reflek mengedip terganggu (penderita belspalsi atau kelumpuhan pada syaraf wajah), sehingga mata cenderung kering. 2. Lensa kontak yang cocok.

Dokter akan menentukan lensa kontak yang cocok, tergantung kondisi mata, air mata, dan tujuannya. Jika memilih soft lens, biasanya dokter menyarankan dari jenis daily disposable. 3. Periksa mata dan lensa 6 bulan sekali. Jika ada tanda-tanda masalah, disarankan untuk mengubah lensa atau mengatur ulang jadwal pemakaian lensa kontak. 4. Jangan sembarangan membeli. Jauh lebih baik membeli lensa kontak disertai resep dokter agar fitting lebih pas dan tak mengakibatkan komplikasi. 5. Minus terbatas. Dari produsennya, lensa kontak RGP biasanya dibatasi hingga minus 25, sementara soft lens hanya tersedia sampai minus 10. 6. Komplikasi akibat soft lens berwarna. Bagi mata sensitif, warna pada soft lens bisa menyebabkan iritasi. Secara umum, soft lens berwarna hanya bagus dipakai bagi mata normal untuk menunjang penampilan.

"Penggunanya harus mentaati kaidah-kaidah pemakaian lensa kontak dan memeriksakan mata secara berkala. Jika tak nyaman, soft lens harus segera dilepas." 7. Waspadai mata merah. Termasuk mata gatal, mata berair, rasa tak nyaman, mata sakit, dan tajam penglihatan menurun, segeralah lepas lensa kontak dan periksakan ke dokter mata. 8. Bersihkan.

Cara membersihkan RGP sama dengan soft lens, hanya cairannya saja yang berbeda. Saat
ini banyak cairan all in one, sekaligus pencuci, perendam, desinfektan, hingga lubrikan. Untuk mata sensitif dapat diganti dengan pembilas tanpa bahan pengawet.

Sumber Tabloid Nova
http://www.bmf.litbang.depkes.go.id - www.bmf.litbang.depkes.go.id Powered by Mambo Open Source Generated: 18 May, 2008, 17:25

Tidak ada komentar: